Cerita Asik | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Cerita Malam | Cerita Seks | Film Bokep Korea Full
afbcashCasino Online
Poker OnlineJarawa Domino
Posted by Fifi Melanie in , | Monday, November 04, 2019 No comments
Nikmatnya Bersetubuh Dengan Nyai Elis
Jawaranya Cerita Asik - Pada waktu itu aku membeli buku tentang indera ke-enam atau “bawah sadar”, tadinya sekedar iseng saja waktu berada di suatu toko buku. Inti buku itu mengajarkan begini. Kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus mencoba  untuk menvisualisasikannya.. Suatu saat apa yang kita visualisasikan itu akan terjadi, akan terlaksana. Mimpi? Bukan. Sebab untuk mencapai indera ke-enam seseorang justru tidak boleh tertidur, tetapi perlu menurunkan gelombang listrik di-otaknya dari gelombang beta menjadi alfa.

Caranya? Gampang sekali.. Kita cukup memejamkan mata, membayangkan menuruni tangga spiral dengan minimal 10 gigi. Saat anda membayangkan ini, gelombang listrik di otak anda akan menurun frekuensinga dari 13 cycle atau lebih perdetik, menjadi 8-13 cycle per detik. Kelihatannya mudah tetapi butuh latihan, jadinya ya sukar.. He. He.. Nah di saat itulah kita memasuki bawah sadar (unconsciousness).

Apa keinginan saya? Lha ini yang kurang ajar. Aku ingin nangkring di tubuh Nyai Elis (waktu muda panggilannya Neng Elis). Nyai Elis adalah ibu kostku. Kenapa Nyai? Pertama, kemungkinan hamil nol persen. Pada usia 48 tahun biasanya wanita sudah masuk masa menopause. Yang kedua, ditanggung bersih, sehat tak mungkin kena penyakit “kotor” seperti gonorrhoe, syphilis, HIV dsb.

Yang ketiga, gratis tidak perlu bayar, karena sama-sama menikmati. Untuk wanita, bersebadan dengan orang usia lebih muda akan menambah hormon estrogen, hormon khas wanita. Kalau wanita kekurangan hormon ini akan menderita osteoporosis, yaitu tulang menjadi rapuh, mudah patah.

Meskipun sudah kepala empat, tapi jangan meremehkan kecantikannya. Wajah Nyai masih terlihat ayu. Kulit kuning langsat, tubuh langsing semampai. Secara legendaris, wanita sunda sangat rajin memelihara wajah dan tubuhnya. Mandi lulur sudah seperti prosedur tetap mingguan. Membedaki wajah dengan berbagai ramuan menjadi rutinitas harian. Itu sebabnya tidak hanya wajah dan tubuhnya yang mengesankan. Bau badannya juga sedap dengan aroma lembut. Lalu kalau mau tahu seperti siapa? Seperti siapa ya..? Nah kira-kira seperti itu.. Diana Lorenza, janda beranak satu dari Heru Kusuma.

Sudah tiga tahun aku tinggal di kost milik keluarga Padmadireja (suami Nyai Elis), pensiunan wedana di salah satu kabupaten di Jawa Barat. Keluarga Pak Padma-Nyai Elis ini mempunyai putera dua orang, semua sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta. Tinggalah Bapak–Ibu semang kostku ini dibantu seorang PRT dan seorang supir. Semua karyawan ini pulang sore.

Sudah seminggu aku latihan meditasi, belum ada hasil. Tambah tiga hari lagi, meskipun hampir putus asa. Tiba-tiba.., pada hari ke sebelas..

Malam itu sudah pukul 10, pintu kamarku diketuk orang.

“Mas Agus.. Mas Agus”
“Ya.. Nyai”
“Tolong kerokin ibu sebentar ya..”

Pucuk dicinta, ulam tiba, burung dahaga, apem menganga.., hatiku berjingkrak bukan main.

“Sebentar Bu, saya ganti pakaian dulu”

Kamar-kamar yang dipakai kost letaknya di belakang rumah utama, dipisahkan oleh satu kebun kecil. Ada enam kamar, membentuk huruf U mengelilingi kebun. Masing-masing kamar berpenghuni satu orang. Kebetulan waktu itu masa liburan, namun karena aku harus mengejar “deadline” penyelesaian skripsi, terpaksa aku tidak dapat mudik. Hiya khan, masak sudah jadi mahasiswa PTN terkenal seantero dunia rela di-DO.

Singkat cerita aku sudah duduk di tepi tempat tidur di kamar Nyai. Duduk dengan bersimpuh, ya.. seperti “pengerok” professional itu. Badan Nyai dalam posisi tengkurap di depan saya. Punggungnya yang putih, mulus tanpa penutup apapun. Hanya tali BH sudah dilepas, tetapi buah dadanya masih sedikit terlihat, tergencet di bawahnya.. Leher Nyai terlihat jenjang, putih, dengan rambut yang panjang sampai ke pinggang, disibakkan ke samping. Punggung ke bawah ada sejenis kain sarung yang diikatkan sekenanya secara longgar. Ke bawah, kain itu hanya menutupi sampai lipatan lutut. Di bawahnya betis yang halus, kencang.

Wajah Nyai menghadap ke samping di mana saya duduk. Sesekali meraba lutut saya, entah apa maksudnya. Pemandangan ini mampu dan makin mengeraskan burungku yang sejak dari kamar tidurku mulai melongok, eh.. bangun menggeliat (Jawa: ngaceng). Dalam waktu 15 menit seluruh punggung Nyai sudah aku keroki. Suasana sekitar kamar hening, hanya degub jantungku yang makin mengeras.

Burungku, pelan tapi pasti makin menegang juga. Aku diam, Nyai juga demikian. Mau ngomong apa aku? Bicara tentang Pak Padma..? Ah sama aja bicara tentang kompetitor. Toh malam ini aku yang akan menjadi “Mas Padma”, akan menumbuk padi di lumbung Nyai. Mau ngomong anak-anak Nyai? Yang akan ditengok Pak Padma yang sore tadi berangkat? Ngapain toh sebentar lagi aku akan menganggap Nyai ini ibarat pacarku.

“Pinggangnya juga ya Mas..”
“Ya.. Ya.. Bu..”, jawabku seperti terbangun dari lamunan berahi.

Aku tarik kain yang menutupi pinggang Nyai. Ya ampun.. Rupanya Nyai sudah melepas celana dalamnya. Kini di depan mataku ada pemandangan yang.. Waduh.. Ada gambaran parit sempit di tengah tulang pinggang memanjang ke bawah.. Terus.. Ke bawah, berujung di satu celah sempit di antara dua bukit pantat yang putih padat.. Menggemaskan.. Aku bayangkan.. Apa yang ada di depan pantat itu..

Tiba-tiba Nyai membalikkan badannya..

“Depan ya Mas..”

Dengan mata terbelalak kaget, kini aku melihat pemandangan yang luar biasa, yang belum pernah kulihat selama 24 tahun berada di kolong langit. Seorang wanita dengan kulit langsat telanjang bulat, dengan lingkaran perut pinggang ramping, buah dada masih lumayan besar, meskipun sudah rebah ke samping. Di tengan buah dada yang ber “pola” tempurung, terlihat puting besar warna hitam dikelilingi area hitam kecoklatan.. Di bawah pusar ada rambut yang mula-mula jarang tetapi semakin ke bawah semakin lebat, sepeti gambaran menara “Eiffel” dengan ujung runcingnya menuju pusar..

Di pangkal tumbuhnya rambut terdapat gundukan vagina yang pinggir kiri dan kanannya tumbuh rambut, bak gambaran hutan kecil.. Ampun mana tahan.. Mau pecah rasanya penisku menahan tekanan akumulasi cairan di pembuluh darah penisku.

“Nyai Aku nggak tahan lihat begini..?”
“Maksudnya, Mas Agus sudah capai..?”
“Enggak Nyai.. Burung saya sudah.. Nggak bisa.. Nggak bisa.. Saya nggak tahan lagi..!”
“Lho, kok baru bilang sekarang.. Ayo naik..”, sambil berkata demikian tangan kanannya melambai, mempersilakanku menaiki perutnya..

Seperti kucing kelaparan, aku segera mengangkangi perut Nyai, aku mau mencium pipinya, lehernya, mau melumat bibirnya. Tetapi gerakanku membungkuk terganjal burungku yang keras dan sakit waktu tertekuk. Malah ketika kupaksakan dan terus tertindih perutku, pertahanan katupnya jebol. Karena tiba-tiba.., crut.. crut.. crut.. Dari burungku tersembur, memancar air mani, yang disertai rasa nikmat. Ejakulasi!! Semburan air maniku mengenai dada Nyai, leher dan perutnya.


Setelah menyembur, burungku sedikit kendur, aku peluk leher Nyai, aku kulum dengan berapi-api bibirnya. Rupanya Nyai merespons dengan penuh gairah juga. Aku gigit dengan lembut bibirnya, sesekali aku sedot lidahnya. Lima menit lamanya, baru aku tersadar.

“Maaf Nyai, air mani saya tadi..”
“Ah, nggak apa-apa, itu tandanya Mas Agus masih “jejaka ting-ting”, nanti sebentar juga bangun lagi.”, sambil berkata demikian, Nyai mencium lagi bibirku. Tentu saja aku membalasnya dengan lebih bernafsu.

Kecuali bibirku melumat bibir Nyai, tanganku juga meraba buah dada Nyai. Memang sudah tidak gempal, tapi masih “berisi” 80 persen. Kedua tanganku masing-masing meraba, memeras-meras, memilin-milin puting Nyai. Kadang saking gemasnya cengkeraman tanganku ke buah dadanya agak keras, menyebabkan Nyai meringis menggeliat. Begitu juga bila puting Nyai aku pilin agak kuat, nyai bereaksi..

“Enak, enak.. Tapi sakit Mas.. Jangan keras-keras.. Yang (maksudnya Sayang)..”

Tanpa terasa saat aku menggulati tubuh Nyai, mendekami dada, perut, menekan vagina Nyai dengan penisku, terasa burungku mulai menggeliat lagi. Makin lama makin keras.

“Nyai.. Burung saya.. Nyai mau.. Lagi..?”
“Nah, apa khan.. saya bilang, ayo.. lagi, tapi ‘ntar.. Yang, aku bersihkan badanku dulu ya.. ya..”

Nyai masuk ke kamar mandi dalam di ruang tidur. Keluar dari kamar rambutnya terlihat sedikit basah, sebagian terjurai di lengan. Ya.. Tuhan.. Cantik sekali dewi ini..

Aku pun juga masuk juga ke kamar mandi, membersihkan bagian badan yang terkena air mani. Keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat, terlihat burungku tegak, keras mendongak ke atas membentuk sudut 45 derajat dengan garis horizontal. Batangnya besar, warna kehitaman dengan tonjolan pembuluh darah membujur, sebagian melintang. Seperti tongkat ukiran. Ujungnya, gland penis, besar, kemerahan, membentuk topi baja yang mengkilat. Antara gland penis dan batang terlihat leher penis yang dangkal. Rasanya aku mau berkelahi dengan membawa senjata golok.

Waktu Nyai melihat aku dan memperhatikan penisku.

“Hei.. Gede buanget.. Hebat buanget.. Pasti nikmat buanget..” Aku menyahuti tiruan iklan itu, dengan meletakkan ibu jari tangan kananku di depan bibirku..
“Sssstt..” Tentu saja Nyai senyum atas jawaban spontanku.

Langsung akau naiki perut Nyai. Dengan lutut menahan badan, aku sedikit menunduk, memegang penisku. Segera kumasukkan ke liang vagina Nyai. Aku takut kalau nanti terlambat masuk ke vagina, maninya tersembur lagi keluar. Nyai maklum juga kelihatannya. Kupegang penisku, kepalanya kuhadapkan di depan vagina Nyai, lalu kudorong masuk. Bless.. Lega sekali rasanya. Kalau nanti muncrat, ada di dalam liang vagina Nyai..

Lalu aku rebahkan tubuhku ke depan dengan bertumpu pada kedua sikuku. Bertemulah dadaku dengan buah dada Nyai, bibirku dengan bibir Nyai. Kedua tanganku memegang pipi Nyai, Nyai kucium mesra, lalu kucucuk-cucukkan bibirku pada bibirnya, eh.. menirukan burung yang bercumbu. Sesekali tanganku meremas buah dadanya, memilin putingnya, terkadang mulutku turun ke bawah, menghisap puting buah dada Nyai, bergantian kanan dan kiri

Akan halnya penisku waktu kumasukkan ke liang vaginanya, rasanya memasuki ruang kosong, berongga. Tetapi setelah itu rasanya ada kantong yang menyelimuti. Permukaan kantong itu bergerigi melintang, pelan-pelan kantong itu “meremas “penisku. Tak ingin cepat berejakulasi maka kutarik penisku, kantong vagina itu tidak “mengejar”nya. Kumasukkan lagi seperti tadi, terasa masuk ruang kosong, sebentar liang vagina mulai meremas, kutarik lagi. Begitu beberapa kali. Terkadang penisku agak lama kutarik keluar, sampai tinggal “topi bajanya” yang ada di antara ‘labia mayora’-nya. Terus begini Nyai mencubitku..

“Masukkan lagi Yang..”

Gerakkan in-out ini makin cepat, “pengejaran” penis oleh sekapan kantong vagina juga makin cepat. Di samping itu di pintu masuk, bibir luar (labia mayora) dan bibir dalam (labia minora) juga ikut “mencegat” penisku. Makin cepat aku keluar-masukkan penisku, Nyai terlihat makin menikmati, demikian juga aku sendiri. Ibarat mendaki gunung hampir tiba di puncaknya. Kecepatan penisku memompa vaginanya semakin bertambah cepat, denyut nadiku semakin bertambah, nafas juga semakin cepat.

Terlihat juga wajah Nyai semakin tegang menanti puncak orgasme, nafasnya terlihat juga semakin kencang. Cairan di liang vagina Nyai juga terasa semakin banyak, ibarat oli untuk melicinkan gesekan penisku. Peluhku mulai menetes, jatuh bercampur peluh Nyai yang tercium sedap dan wangi.

Makin cepat, makin tinggi.., tiba-tiba penisku terasa disekap rongga vaginanya dengan kuat.. Kuat sekali dengan denyutan yang cepat tetapi dengan amplitudo yang rendah. Orgasme! Nyai mencapai orgasme. Di saat itu lengan Nyai memeluk leherku kuat sekali, sedang tungkainya memeluk pantatku dengan kencang.

“Aihh..”, terdengar desah kepuasan keluar dari bibir Nyai.
Beberapa menit kemudian lubang penisku terasa jebol, cairan menyemprot keluar entah berapa cc. Nikmat.., nikmat sekali.. Nikmat luar biasa. Orgasme Nyai terjadi lebih dulu dari ejakulasiku. Kalau saja Nyai masih bisa hamil, kata dokter anak yang lahir nanti adalah pria.

Saya masih tetap memeluk Nyai sambil mengendurkan nafas. Pelan-pelan penisku mulai mengendur, mengkerut. Tapi rupanya Nyai merespons. Paha dan tungkainya diselonjorkan (diluruskan). Maksudnya memberi jalan agar penisku keluar.

“Terima kasih Yang, terima kasih Mas Agus.. Mas hebat sekali..”, bisiknya.
“Kau cantik sekali Nyai, secantik bidadari..”, balasku

Badanku kurebahkan di samping badan Nyai, memeluk Nyai yang tidur telentang. Kami tidur dalam keadaan telanjang, hanya ditutupi selimut.

Nikmatnya Nyai, nikmatnya wanita, nikmatnya dunia.
Posted by Fifi Melanie in , | Sunday, November 03, 2019 No comments
Refreshing Membawa nikmat
Jawaranya Cerita Asik - Perkenalin nama gue cintya umur gue 20 tahun,gue anak ke 2 dari 3 bersaudara,kakak gue cewek umur 24 dan adek gue cowok baru aja ngerayain umur ke 17. Gue anak Ibukota dari Jawa Tengah ya pasti udah pada tau dan gue anak semester 3 di Universitas ternama di kotaku.

Waktu itu gue lagi pengen liburan ke villa ortu gue,yah lumayan lah buat ngilangin penat di pala gue gara2 habis ujian.Gue ngepackin barang terus gue suruh pak amir panasin mobil.Gue telepon nyokap buat pamitan ke villa sendirian buat ngefreshin pikiran gue.

Sampe ke daerah bandungan gue buka kaca buat ngehirup udara sekitar villa.Akhirnya sampe di villa juga,di pintu gerbang gue suruh buka gerbang.Kemudian keluar laki laki muda yang bukain pintu,"maaf mbak saya anak pak kirman"."Gue kira siapa"sahut gue."emang pak kirman kenapa?"timpal gue,"bapak saya lagi sakit mbak,maaf nama saya udin mbak"sahut si udin."ya udah gue siapin kunci kamar terus juga siapin air panas"perintahku."ya mbak"jawabnya.

Gue masuk kamar terus mandi dan sekalian ganti baju,kini baju yang gue kenakan agak gue liatin sedikit dada gue.Sore itu gue habisin buat nikmatin pemandangan indah dari villa gue sambil gue nikmatin teh."hah,sejuknya"celetuk gue.

Malamnya gue suruh si udin bellin sate kelinci karena gue suka sate kelinci khas daerah sini.Gue habisin 3 jam buat nonton film2 yang gue bawa dari rumah.Bosen ma film itu gue coba cari2 cd2 film yang ada di villa gue,setelah gue cari2 ternyata filmnya pada jadul semua,tapi tiba2 gue ngeliat ada tas cd ternyata milik adek gue dan setelah gue buka ternyata cd2 porno semua."sial,adek gue ternyata nyimpenin kayak gini"celetuk gue.

Tapi setelah gue liat2 timbul keinginan buat nonton film2 ni.Gue puter film2 ni ada sepasang bule sedang bercumbu,si cowok lagi jilatin memek si cewek dan kemudian si cewek melenguh panjang kelonjatan merasakan kenikmatan orgasme."sial gue malah horny"gue raba2 memek gue yang udah basah.Tiba2 ada yang ketok kamar gue,gue kaget langsung cepet2 benerin pakaian gue.Ternyata si udin nganterin sate yang gue pesen.

"maaf mbak kalo ganggu"celetuk si udin."oia gak papa ko"sahutku sekenanya."ya udah kalo gitu saya keluar mbak"timpal si udin,"iya"sahutku.

Setelah udin keluar gue inget kalo tadi film yang gue puter belum gue matiin,tapi gak tau juga si udin ngeliat pa gak,semoga aja gak ngeliat.

Akhirnya gue matiin film.nya kemudian gue lanjutin buat makan sate aja.Ternyata habis makan sate malah tubuh gue gerah.kemudian gue ke kolam renang villa gue aja buat ngademin badan.Gue ganti baju bikini yang mini terus ambil minuman buat bersantai di kolam renang.Saat berenang malah bikini gue lepas semua gara2 ketarik air,otomatis gue bugil."wah ternyata berenang bugil enak juga"pikir gue.Akhirnya gue renang dengan badan bugil.

Saat asik2nya renang tiba2 ada tangan yang ngeraba2 gue.Ternyata si udin yang udah nyemplung di kolam renang tanpa sepengetahuanku."woe,ngapain loe pegang2 tubuh gue?"teriakku."maaf mbak cintya,saya gak kuat liat tubuh mbak."sahutnya."tolong lepasin."timpalku, bukanya di lepasin malah si udin semakin aktif ngeraba tubuh gue. "udin,lepasin tanganmu"perintahku.tapi udin malah tambah aktif lagi menjamahku. Tapi sialnya semakin lama udin meraba di tempat2 sensitifku.

Kedua tangan udin aktif memegang dada dan memek gue. Gue nggak kuat menahan rangsangan yang di berikan udin, "ahhh, lepasin...ahhhhhh" keluar desahku karena tangan si udin di fokusin ke memek gue. Kemudian gue yang dari tadi udah gak kuat hanya pasrah saja tubuhku di jamahi oleh si udin. Udin yang sudah tau kalo gue udah terangsang hebat tidak menyia2akan kesempatan ini.


Tubuhku di rebahkan di sudut pojok kolam renang,keluar dari air tubuh molekku terlihat jelas karena terpaan lampu pada kolam renangku. "ahhh..ahhh..isep terus din" desahku saat udin menghisap2 putingku yang bewarna merah muda."emhhh..emhh"desah udin yang sedang asik menjilat putingku. Selama 20 menit payudaraku di garap oleh udin."Mbak Cintya payudaranya enak banget, empuk kenyal" celetuk si udin. "Ya iyalah secara payudaraku ukuran 34B dan sering gue rawat" umpatku dalam hati.

Setelah asik menggerayangi payudaraku,pahaku di renggangkannya hingga memekku terpampang jelas. Kemudian dengan sigap kepala udin melumat memekku. "ahhh...ahhh..terus diin...sedot yang kuattt" desahku yang sekarang tak tetahan. "memek mbak cintya harum, enak, dan legit" sahut udin." Sial beruntung si udin dapat menjilat memekku" umpatku dalam rangsangan udin.

"aahhhh...teruss dinn...ahhhh...ahhh...ahhhh" desahku yang mulai menjadi teriakan. Mendengar teriakanku udin semakin bersemangat mengarap memekku."aaahhh..diinn..terrussss jilllat yang daallam..guuueee...mmauuuuu kkeeelluar..."gue jepit pala udin pake paha gue.

Badanku mengejang lama sampai lemas.baru kali ini gue merasakan orgasme sebesar ini, biasanya gue masturbasi gak nyampe segini nikmatnya. Di rebahkannya tubuh sintalku di atas kolam renang, baru beberapa menit tubuhku di garap kini udin tambah semakin aktif lagi merangsangku.

Kini kedua tangannya meraba payudaraku lagi."emhhh...emhhh..emhh"desakku tertahan karena bibirku dilumat oleh udin.Kini si udin mulai melucuti pakaiannya satu persatu, kini aku dapat melihat ada benda yang mencuat dari celana si udin.Kemudian si udin melepas celana dalamnya sehingga mencuatlah benda itu kira2 panjangnya sekitar 17cm dan diameternya 5cm. "Wah,buset..mana cukup memekku di masukin kontol sebesar itu" umpatku dalam hati.

"ahhh...ahhh..ahhh.."desahku keluar karena udin mengorek2 memekku dengan jari2nya. Kemudian tiba2 didepanku ada kontol si udin yang menginginkan kontolnya untuk gue sepong."emhh...emhh...emhh" kontol udin memenuhi semua rongga mulutku. "Ternyata mbak cintya pinter nyepong juga" celetuk udin. Gerakan tangan udin yang cepat membuat gue nggak konsentrasi nyepong kontolnya.

Kemudian di renggangkannya pahaku,"ahhhh....ahhhhhhhhhhhh...ahh"desahku karena lidah udin lagi2 mempermainkan memeku.."aaahhh..diinn..terrussss jilllat yang daallam..guuueee...kkeeelluar lagiiii..."Gue yang udah gak kuat nahan rangsangan dari si udin langsung kelonjotan menerima orgasme yang kedua ini.

Kontol udin yang dari tadi sudah siap tempur kini mulai di arahkan ke memekku yang baru aja orgasme dan masih basah dengan cairan lendirku sendiri."ahhh..pelan pelan diinn.."memek gue serasa penuh banget di isi sama kontol si udin."maaf mbak,memek mbak cintya memang rapet banget"sahut udin. "pelan pelan diin" erangku kesakitan karena ini baru pertama kali memekku di masukin kontol, sebelumnya gue cuma mastrubasi aja sambil liat film porno.

"ahhh..sakkiiit..pelan pelan dinn..sakit tau.."erangku kesakitan. "sabar mbak cintya pasti habis ini enak ko" timpal si udin. Kemudian kontol udin kini perlahan lahan mulai masuk semua kedalam memekku."emhh...rapet banget sih mbak memeknya"erang si udin kenikmatan membobol memekku.

Kini udin mulai memompa memekku dengan ritme pelan2 agar memekku dapat beradaptasi."ahhh...ahhhhh..ahhhh...ahhh...gelii din" erangku yang berubah menjadi nikmat. kini udin mulai mempercepat temponya membuatku semakin tak kuasa menahan geli pada memekku."aahhh..uhhh...ahhhh..auuuuuh.."cercauku.

"ahhhhh....ahhhh..uhhh..ahhhh,memek mbak cintya enak banget" celetuk si udin. "udiiiinn...teruusss...enaakkkk.... yang dalem.. uhhhh..nikmatilah memekku" balasku yang kini malah menikmati kontol udin.kini gue mulai merasakan gejolak yang mau keluar dari memek gue."uhhhh...ahhh..uuuhh...udinn...gueee gak kuattt"sahutku."bentar mbak cintya,udin juga mauu keluuar".kita keluarin barengan.

"aaahhh..diinn..terrussss tusukk yang daallam..guuueee...kkeeelluar lagiiiiiiiii..."teriakku memecah keheningan di kolam renang."ahhhhh...mbakkk cintyaa...udin kelluuuar..crooottt...crottt.crooot.."peju udin memenuhi ronga memek gue.

Akhirnya udin membopong gue ke kamar karna gue udah pegel buat jalan ke kamar,di kamar udin terus mengarap gue hingga 3 ronde lagi di kamar."dasar kontol desa,besar tahan lama,gak pernah puas."umpatku.Kini tiap gue ke villa udin minta jatah terus ke gue, udin seperti suami gue ketika di villa. Gue selalu telanjang di villa karena perintah si udin.

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter