Cerita Asik | Cerita Dewasa | Cerita Panas | Cerita Malam | Cerita Seks | Film Bokep Korea Full
afbcashCasino Online
Poker OnlineJarawa Domino
Posted by Fifi Melanie in , | Tuesday, April 30, 2019 No comments

Jawaranya Cerita Esek-Esek - Mari kita sebut saja dia dengan nama Shinta.  Awal berkenalan dengannya lewat online. Tapi bukan lewat pesbuk, bukan pula tuiter, Tapi dari bekasdotcom. Waktu itu dia menawarkan hati bekasnya. Bekas disakitin mantan....... wkwkwkwk

Dia wanita berusia 30 tahun. Berlatar pendidikan yang sama denganku. Sama-sama lulusan cumlaude dan sebagai mahasiswi terbaik. Pembicaraan dengan dia selalu jadi diskusi yang menyenangkan dan bermutu. I love it.....

Kami hanya bisa berkomunikasi melalui whatsapp dan telepon. Belum pernah ketemu dikarenakan jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami (LDR bo...)
Dia Wanita yang cukup menyebalkan karena bersamanya aku jadi harus mengalah. Padahal sifat kami sama-sama dominan . Dia arogan dan tidak mudah terintimidasi dan selalu stay cool jika ada masalah apapun.

Pembicaraan kami lama-lama bergeser ke ranah pribadi. Dia mulai menggodaku lewat pesan-pesan singkat. Aku juga mulai terpikat pada auranya dan kami pun mulai saling menggoda.

"Aku suka perempuan yang bisa lebih agresif dariku"
"Hahahhaa... emang kamu se-agresif apaan? "
"Nggak perlu diomong lah..."
"Aku juga bukan tipe perempuan yang percaya omongan doang sih..."
"Baguslah, aku juga lelaki yang akan mempertanggung jawabkan omonganku kok"

Hari-hariku bersamanya jadi penuh gairah. Meski cuma lewat whatsapp aku bisa bermanja-manja, bagiku cukup lah. Lagian aku juga lagi jomblo... Pacar nggak ada, TTM juga nggak ada.... So, Shinta adalah orang yang tepat sebagai pengisi waktu luang diantara kerjaan.

Pucuk dicinta Meki pun tiba...
*ooops*

Jatah dia cuti setelah 4 bulan di Borneo akhirnya tiba. Dia merencanakan perjalanan ke Surabaya selama 2-3 hari.

Fase deg-deg an, bingung pake baju apa, mau kemana... aduh, macam mau blind date lah...

Kami pun makan malam berdua, Dugem berdua....
Bodynya yang aduhai itu loh yang bikin aku deg-deg serr..
menelan ludah...

"Aku nggak mau mabuk ya"
"Aku juga lah, mana bisa diapa-apain kalau mabuk, yang ada aku malah ngerawat kamu lagi..."
Siyallll.....

Aku cuma membiarkan diriku sedikit tipsy. Kemudian Dia menggandengku.
"Pulang?"
"Pertanyaan yang bodoh, mau disuruh orang tuaku nikahin aku malam ini juga?"
"Lho kalau ngawinin ya ayo, kalau nikahin itu yang aku pikirin dulu ya"

Aku cubit pinggangnya.

"Pusing,Shin?"
"nggak lah..., kamu mas?"
"Biasa aja..."
Kami kemudian berjalan masuk ke kamar hotel.

Layaknya dua insan yang dimabuk martell.... kami bercerita banyak sambil selonjoran di balik selimut. Sambil bercerita dia membenamkan kepalanya di dadaku, lengan kekarku merangkul pinggangnya.

Dia mulai mencium keningku, aku mulai malu-malu...
Aku pengen banget nyium bibirnya yang menggemaskan dan pinter debat itu...
Akhirnya aku bangkit dari pelukannya, aku ciumin bibirnya dengan liar...

Your request granted, dear.
I am sexy and wild....


Dia membalas ciumannya sambil mendesah. Yes beib, cewek ekspresif itu salah satu hal yang bikin aku wilder and wilder.... :*
Kemudian aku remas dadanya, dan ia mulai mendesah disela-sela kesibukannya mengekplorasi bibirku...

Kemudian ia mulai menciumi pipiku, leher..dan terus turun ke bawah sampai ke si titid (walaupun aku sebenarnya nggak suka nama panggilan titid ini.....)
Dia mulai menjilat kepalanya, dan aku pun mengerang... dia masukin pelan-pelan ke mulutnya,,,

"Sayang..klo kena gigi uang kembali lho ya..." ucapku bercanda
Dia pun mengumpat dalam hati ""Sialan nih sempet-sempetnya ya di tengah-tengah horny"

Lalu aku sudahi sesi BJ nya...
"My turn Beib...."
aku rebahkan ia di atas kasur...
Aku mulai mecumbu balik, Dia melingkarkan tangan nya ke leherku, kemudian ku remas dadanya, ku mainkan putingnya dengan lidahku bergantian kiri dan kanan sambil sedikit ku kenyot
Beerrrr...

Jemariku perlahin turun menggesek vaginanya
"basah banget ya? pengen apa nih....?" Godaku...
"Pengen dimasukin...." jawabnya...

"dimasukin apa....?"
Astagaaahhhh!!!!  

"Malu ah ngomongnya..."
"nggak apa.. ayo bilang..." Godaku lagi
"nggak"
"Bilang......."
Sambil tanganku memainkan permukaan vaginanya, dan sesekali mengulum putingnya yang sudah mengeras...

Lalu turun ke perut...
sekarang lidahku mulai memainkan vaginanya....
"Ampun mas, enak banget..." ujarnya
Aku terus memainkan jari dan lidahku.... dan Dia pun semakin menggelinjang gak karuan.
'Mas..aku udah nggak kuat nih.  Ayo cepetan masukin..."
"Bilang dulu mau dimasukin apa..." Godaku kembali

"Dimasukin ttttiiiittttiiiiidddd......." teriaknya

Aku pun semakin semangat mengoral vaginanya... karena dia sudah horny berat kemudian aku pun didorong ke kasur dan dia mengambil posisi Women On Top.
Dia menatapku seakan menantang, dan aku menatapnya sepenuh nafsu...
Bless,, dimasukin pelan-pelan itu titid yang sudah tegak banget...

Mulai lha digerakan naik turun.....
Ku remas dadanya, dan dia semakin percepat goyangannya, kemudian ku tarik tubuhnya untuk menciumnya hingga kemudian badai orgasme melandanya......
Lantas kemudian kami ganti gaya doggie...

Aku minta ia untuk menungging, sambil berdiri di tepi ranjang kemudian ku mulai menyodoknya dengan kasar dan liar, sesekali kupukul pantatnya bergantian hingga memerah (tampaknya ia juga menyukai permainan yang liar ini...) dan semakin dia mendesah kencang aku juga semakin bersemangat menyodoknya dari belakang...
Umpatan-umpatan kasar terus keluar dari mulutnya.....
Hingga orgasme kedua dan ketiga pun menghampirinya saat kita melakukan doggie...

Lantas kami kembali berganti WOT, kulingkarkan kakiku di pingggangnya, dia menciumiku... aku tarik tubuhnya dan aku tempelkan hidungku di buah dadanya... aku suka bangettt....

Dia mulai menggenjot makin lama semakin kencang dan akhirnya aku pun ejakulasi....
"Mas, kamu keluar di dalam?!" tanyanya| sambil menarik tubuhnya karena panik....
"Nggak lah, kan aku pake caps..."
Aku tunjukin caps yang terpasang di titidku...
"Lho, kapan kamu pasangnya?"
"Tadi lah... ah kan... kamu mabok kaaaan..." godaku lagi

Mabok Horny iya...Candaku lagi
Habis bersih-bersih, kami pun tertidur... dan Paginya sebelum sarapan kami pun bertempur lagi...

Dia sekarang sudah kembali lagi ke Borneo,
Entah mau dibawa kemana semua ini...
sementara jadi kenangan one night stand sajalah..
Bahaya kalau bermain hati dengan Wanita yang penuh kharisma ini..
Posted by Fifi Melanie in , | Monday, April 29, 2019 No comments
Jawaranya Cerita Esek-Esek - Gue cuma laki laki biasa. Punya istri, punya dua anak dengan latar belakang ekonomi kelas menengah seperti kebanyakan kalian. Tapi yang namanya sebagai laki laki, gue juga sama seperti yang laen. Seringkali (bukan cuma kadang kadang) ngeliat rumput tetangga selalu lebih ijo. Apalagi kalau diliat hampir tiap hari. Rasanya koq ya kepingin guling-gulingan di rumput itu…

Ekonomi gue ga bagus-bagus amat lha. Sampe umur segini gue masih numpang di pondok mertua indah. Tapi disinilah keuntungannya gue tinggal bersama keluarga besar istri gue.

Mertua gue punya anak tiga. Semuanya perempuan! Istri gue anak pertama. Kedua adiknya beda umur ga terlalu jauh, dan semuanya sudah berkeluarga. Memiliki paras dewi-dewi khayangan dangan body gitar spanyol yang selalu bikin selangkangan bergetar kalau berada diantara mereka. Seperti sudah disebut diatas, selama ini gue baik-baik saja dengan bini gue. Ga ada masalah apapun. Gue jg cukup puas dan ga segoblog itu untuk berbuat macem-macem. Sudah dapat bini kayak dewi bergitar spanyol, tinggal di rumah keluarga dia. Kalau gue masih mau nekat ya gebleg namanya.

Tapi jalan hidup berkata lain …

Kedua adik ipar gue adalah praktisi yoga. Dan mereka bukan praktisi yoga kemarin sore. Mereka sudah melakukan ini lebih dari 15 tahun lalu ketika yoga belum menjadi aktivitas kekinian seperti sekarang ini. Sungguh sebuah pemandangan yang indah menyaksikan mereka mengajar yoga di ruang studio yang berada di lantai dasar. Dari atas mezzanine, gue bisa liat semua aktivitas mereka. Murid murid mereka, gerakan gerakan mereka. Dan seperti yang lo tau. Kalau mau ikut yoga, lo mesti mengenakan pakaian yang seflexible mungkin. Pakaian yang tidak mengganggu pernafasan maupun gerakan. Jadi kedua adik ipar gue yang selalu membuat laki-laki manapun menahan nafas itu selalu sukses menggoda iman dengan sport bra dan short pant mereka berseliweran di depan mata gue di rumah itu.

Adik ipar gue yang pertama, bisa kita sebut YC. Memiliki suami seorang possesif yang begitu menyebalkan. Memiliki kekhawatiran berlebihan, dan pencemburu yang memuakkan. Lama kelamaan membuat YC muak dan memutuskan untuk tidak lagi melayaninya dan saat ini sedang mempersiapkan kasusnya untuk diproses di pengadilan agama. Adik ipar gue yang satu lagi, SS tidak perlu kita bahas disini. Karena yang akan gw ceritakan adalah si YC ini.

YC memiliki kulit eksotik, dengan warna tembaga dan muka oriental dengan body gitar spanyol membuat laki laki manapun harus menelan ludah berhadapan dengannya. Beruntung bini gw juga seperti itu. Jadi gw udah agak kebal dengan pemandangan seperti itu. Seperti sudah kuceritakan sedikit diatas. Bagaimana YC ini sudah benar benar muak dengan suaminya sehingga berniat untuk memproses pengajuan cerai di pengadilan secepatnya. Dengan demikian kita sama sama tau sekarang kalau YC ini juga sudah lama tidak mendapat kehangatan laki laki. Tidak mendapat tempat menyalurkan hasrat kewanitaannya. Walaupun gue tau dia memiliki beberapa teman laki laki diluaran. Tapi ini menjadi rahasia diantara YC dan gw. Karena keluarga besar bini gue memandang rendah terhadap orang-orang yang tidak setia. Untung saja gue ga dicap seperti itu. Gue rasa ga perlu dibahas bagaimana gue bisa tau laki-laki lain seputar kehidupan YC. Sebagai sesama pelaku gue yakin kalian juga udah pada tau dengan sendirinya.

Skip.. skip…

Hari itu hujan deras luar biasa. Kota hujan kalau sudah hujan, dinginnya bisa dibawah 20ºC. Sore itu bini gue lagi sibuk nemenin anak-anak di paviliun yang menjadi hunian kami. Ya, rumah mertua gue memang memiliki beberapa paviliun sehingga kami hidup terpisah dari bangunan induk. Gue berjalan ke ruang makan yang terletak di bangunan utama untuk ngambil segelas teh panas untuk menghangatkan badan. Gue ga tau sebelumnya kalau YC juga lagi di ruang makan setelah dia selesai mengajar yoga. Masih dengan sport bra biru terang yang membuat bayangan lekukan payudaranya terlihat jelas dibawah sinar lampu dengan short pant putih yang hampir-hampir transparan melekat erat membulat mengikuti kontur bokong. YC duduk mengangkang di kursi makan sambil mainan facebook lewat androidnya. Karena dipikirnya tidak ada siapa siapa lagi disitu selain dia. YC duduk membelakangi posisi orang masuk ke ruang makan.

Gw: hey YC, whats up ?

YC: hey, udah lama...?
Gw: Ga. Mau ambil teh. Dingin euy ! (sembari nuang teh panas ke cangkir)
YC: Iya! Dingin.. bikin udin petot aja... (sembari tetap ngangkang dan mainan HP)
Gw: (shiiitt…. maksud lo apaaa…?) *terdiam

Gw yang tadinya mau balik keatas setelah ambil teh. Tapi karena disuguhi pemandangan, jadi urung balik keatas. Lumayan cuci mata sambil minum teh hangat. Lagi enak enaknya gw menikmati pemandangan karena gw liat YC lagi sibuk dengan androidnya. Tiba tiba dia nyeletuk.

YC: Hayoo…!! ngapain lo ngeliatin gw….. *senyum senyum nantang

Gw: (anjrit ketauaann….!) ah nggaaaakk…
YC: Apaan kagak…, dari tadi liatin toket gw mulu ngaku hayooo…
Gw: enak ajaa…
YC: Gw laporin kalo lo ga ngaku!
Gw: (anjrit ni anak…) *diem*
YC: Ngaku lo…...dingin2 gini kepengan kan…
Gw: *masih diem
YC: si kakak dimana?
Gw: diatas lagi nidurin anak anak
YC: Oh, ya….. Kalau gitu, ikut gw yuk…
Gw: Hah, kemana ? *belagak pilon
YC: Ke studio ! disana ga ada orang. Bentar gw tutup dulu tirainya..
Gw: (Anjrit! ni anak seriusan apa? ntar gw dijebak lagi …)
YC: Buru cepetan! Tar keburu ada yang dateng
Gw: *terbirit birit nyusul si YC

Setibanya di studio, YC mematikan semua lampu dan menutup semua tirai. Secara agresif YC langsung meraba raba selangkangan gw dalam posisi berdiri. Reflex gw bergerak mundur. Salah besar.., YC malah makin agresif mendesak gw makin mundur hingga punggung gw merapat tembok. Sementara tangannya membelai belai paha, dan bokong gw, tangan kirinya mengelus pipi gw sembari makin mendaratkan bibirnya di pipi. Desahannya halus terdengar….

YC: uughhh….., dingin dingin gini paling enak ngapain kak…gghh….

Gw: *senyum senyum
Nafasnya memburu kesetanan. Sedangkan tangan kanannya sudah membuka kancing celana dan menyelinap masuk kesana.

Lidahnya mulai menjilati belakang telingaku. Gw juga ga mau kalah, gw mulai kasi ciuman ciuman kecil di lehernya. Bulu kuduknya mulai berdiri…..

YC: Jangan dicupang ..!

Pelan tapi pasti tangannya mulai mengocok kemaluanku.

Gw: Ah tai lah.., ntar lo laporin gw. Mampus gw sama kakak lo, laki lo, bokap lo

YC: Ga mau nih...? *senyum senyum menggoda
Gw: lo bo’ongin gw ga ?
YC: Udeh… cepetan deh… tar keburu ada orang! *masih senyum senyum..

Masih dalam posisi berdiri, ragu dan kebingungan. Tangan lembut YC sudah mulai mengocok kemaluan gue. Sebentar kemudian, membelai bijinya lembut, mengusapnya kemudian naik lagi melanjutkan kocokannya. Belum sempat berpikir lebih jauh, YC sudah dibawah sana berusaha memberikan rangsangan agar cairan pelumas dari kemaluan gue keluar. Lidahnnya mengulas lembut mulai dari biji terus naik hingga ke ujung kulup batang. Kemudian mulutnya dipenuhi batangku. Terus begitu beberapa kali, dan sekarang YC sedang memompa kemaluanku dengan mulutnya. Maju mundur… maju mundur... turun naik berputar ke kiri dan ke kanan.

Begitu terus diulang-ulang. Lidahnya memelintir ujung kemaluanku. Linu tapi nikmat. Sesekali YC melepas kulumannya, dan kembali mengulas bijiku dari bawah. Perlahan naik keatas, setahap demi setahap lidahnya bermain di bijiku. Terus perlahan naik hingga ke ujung kepala kemaluanku sebelum dilahapnya semua batang itu. Gw yang mulai berada di tepian surga dunia mulai mengerang… “uugghh….”. Sementara tatapan tajam matanya terus menatap wajah gw yang hampir hampir ga bisa menahan diri lagi.

Lagi enak enaknya tiba tiba terdengar derap langkah di atas ruang studio. Sontak YC dan aku kaget dan terbirit birit membereskan pakaian.

Sekilas kulihat YC membetulkan hot pant putihnya. 
Rupanya ketika sedang mengulum kemaluanku tadi, YC jg sedang memainkan klitorisnya sendiri dibawah sana.
Buru buru YC menggelar Yoga Mat dan melakukan gerakan gerakan yoga. Sedangkan aku kembali ke paviliunku.

Jadilah malam itu aku kentang…


Beberapa hari kemudian berlalu. Tanpa ada cerita, tanpa ada kecurigaan. Tapi sejak itu, seringkali kita bertukar pandang penuh arti di sela-sela obrolan ringan antar keluarga. Dan terkadang, ketika beberapa kali berpapasan entah di koridor. Entah di tangga, atau di ruang cuci. Ketika tidak ada orang memperhatikan. Sembari jalan, YC menyempatkan tangannya membelai lembut selangkanganku sembari berjalan. Seolah tidak terjadi apa apa.

Hari penantian itupun tiba. Suatu pagi yang cerah, selepas aku mengantar anak anak ke sekolah. Istriku juga ada keperluan lain diluar. Sementara YC sedang mengajar di studio. Aku turun ke ruang mezanine dimana dari situ bisa terlihat semua aktifitas para yogini. Cukup lama aku menikmati kegiatan tersebut. Tak terasa 2 sesi sudah berakhir. Dan satu persatu para yogini meninggalkan kelas menyisakan instruktur mereka yang masih berlatih sendiri di hadapan cermin.

Dari pantulan cermin besar tersebut, jelas YC dapat melihatku diatas sini. Tatapan penuh arti dan YC mengedip tanpa suara. Jelas menandakan dia memintaku turun ke studio. Akupun turun dan setibanya di anak tangga terbawah, YC langsung menukas.

YC: ‘bantuin donk…’

Gw: ‘bantuin apa?’
YC: ‘mandiin gw …. hihihi…'

Ini dia….. 

Kami berdua masuk ke shower room yang terletak dibawah tangga. YC melepas seluruh pakaiannya. Sport bra floral hari ini yang dikenakannya sudah basah oleh keringat. Dibalik itu nipplenya hanya ditutupi dengan bra cup kecil yang jelas tidak sanggup menyembunyikan ukuran payudara 36B itu. Kemudian hot pants warna emas itupun dilepaskannya tanpa malu malu lagi dihadapanku yang masih terbengong bengong.

YC: ‘bengong kenapa..?’

Gw: ‘ ga… pa … pa… badan lu… bagus sekali ….’
YC: ‘biasa aja… kalau udah latihan ya akan begini….’
YC: ‘ usapin punggung gw donk…., eh, baju lu buka donk…'
Gw: ‘ hah? ‘

Masuklah kita berdua dalam keadaan telanjang ke dalam shower box kecil itu. Shower box yang dibuat untuk menampung satu orang, hari itu dijejalin dua anak manusia berlainan jenis. Dan jelas tidak muat. Akibatnya kemaluanku yang sudah mengeras sejak YC melepas sport branya sedari tadi mau tidak mau menyenggol nyenggol bokong bulat berisi itu.

YC: ‘ dih… udah ngaceng aja….’ *senyum senyum

Aku mengambil sponge mandi, menuangkan sedikit sabun diatasnya sembari mengusapi punggung mulusnya YC. Mulai dari belakang lehernya, pundak, turun ke punggung, hingga ke bokongnya, dan naik lagi. Setelah itu yang aku ingat hanyalah aku terus mengusap usap bokong bulat tersebut dengan penuh nafsu sembari YC kutekan ke dinding. 

Lepas dari itu, tangan kiriku naik keatas, memegang payudaranya. Membelainya, berputar searah jarum jam, membalik arah putaran, memelintir putingnya yang kecil, membelainya lagi, terus begitu hingga putingnya mengeras. Dan kemudian gantian tangan kananku yang naik memainkan permainan yang sama di payudara kanan berukuran 36B tersebut.

Selanjutnya yang aku ingat adalah YC sedang terengah engah memainkan klitorisnya sendiri dengan jari jari lentiknya. Sementara batang kemaluanku sudah tidak malu-malu lagi menggesek gesek mulut kemaluannya. Terus begitu maju mundur maju mundur selama beberapa menit. Sesaat kemudian, YC merengangkan kakinya. Tangan kiri memegang payudara sembari memelintir putingnya. Tangan kanannya menggenggam erat kemaluanku, dan mengarahkannya ke lubang kenikmatan itu. Pelan tapi pasti kemaluanku yang sudah mengeras sejak satu jam lalu itu menembus juga lubang kemaluan adik iparku yang cantik itu. Ah, impian semua laki laki di dunia. 

Pelan tapi pasti tempo permainan kami juga semakin cepat. Mula mula batangku bergerak maju mundur pelan pelan. Diimbangi dengusan nafas YC yang memburu. Sesaat kemudian, bokong bulat itu ikut bergerak naik turun sementara aku memompa kemaluanku maju mundur. Terus menerus begitu terus.., cepat dan makin cepat… Desahan nafas YC semakin keras. Erangannya seakan menembus sekat shower box kecil itu. Kami berdua seakan tidak peduli lagi akan apa yang kami lakukan saat itu. 

Aku terus memompa kemaluanku. YC sudah tidak tahan lagi. Shower ditutup dan digantung ke tempatnya semula. Dia melepas kemaluanku dari lubangnya, berbalik sehingga kita berhadap hadapan. Tangan kirinya menyelinap ke belakangku dan membuka shower box kecil itu. ‘Keluar..’ katanya.

Akupun mundur, beringsut keluar sembari tangan kiriku di payudara kanannya. Tangan kananku menggenggam tangan kirinya.

‘Puasin gw kak…..’ desahnya…. Mata sayu itu menatapku, memohon kepuasan. Aku mencari tempat dimana aku bisa duduk. Setelah duduk, kuarahkan YC berada diatasku. Mengarahkan kemaluannya ke mulutku. Kujilati klitorisnya. Pelan tapi pasti. Kumainkan lidahku di klitorisnya yang membengkak karena rangsangan itu. Berputar searah jarum jam, turun naik, atas bawah, sesekali kugetarkan lidahku sembari menyusuri klitoris itu. Jari tengah kumasukkan kedalam kewanitaannya. Kupompa YC dengan jari tengahku. Pelan pelan saja, sembari mencari tempo yang tepat, kembali kumasukan jari manisku. Kuulang ulang lagi seperti sebelumnya, hingga telunjukku juga ikut masuk kedalam kewanitaannya. Lengkap sudah kini ketiga jari kananku didalam lubang kewanitaan adik iparku. Mengocoknya, pelan tapi mantap. Ujung jari tengah kutekuk sedikit mencari G-Spotnya. ‘Ah.., dapat’ pikirku. Begitu kudapatkan G-Spotnya kepercepat tempo kocokan jari jariku tanpa melepas ujung jari tengah itu dari G-Spotnya.

YC Bergetar hebat sembari mengerang…. matanya mendelik penuh kenikmatan… sesaat kemudian cairannya tumpah tak tertahankan diatas tubuhku. Cairan kewanitaan yang kuyakini belum pernah dikeluarkannya selama ini oleh suaminya. Sungguh suatu kenikmatan tersendiri bisa memuaskan wanita yang sudah bersuami. Cairan hangat itu membanjiri wajah dan tubuhku. Sementara YC terkulai lemas diatasku. Mata sayunya menatapku…’ kak… kamu… keterlaluan….’ Sembari diiringi senyum penuh arti.

Akupun maklum. Ini artinya, YC sudah dalam genggamanku untuk petualangan kita yang berikutnya.

YC beringsut turun dan membelai batang kemaluanku yang masih tegak, tapi belum mencapai puncaknya. Dia membelai batang itu 2x ketika…Terderngar suara pintu gerbang dibuka. ‘Ah sial !’ pikirku… Itu pasti istriku kembali dari urusannya. Terbirit birit aku memakai celana dan pakaianku. Sementara YC beringsut kembali ke shower box itu membersihkan badannya.

Kembali aku kentang menghadapi adik iparku sendiri …

Aku bergegas merapikan diri dan bersiap menyambut kedatangan istriku di paviliun kami. Selama hampir tiga jam Istriku menceritakan kepenatannya menghadapi urusan pekerjaan dengan anggotanya di kantor. Kudengarkan dengan sabar sembari menyediakan secangkir teh chamomille hangat kesukaannya. Kudengarkan dengan sabar istriku berkeluh kesah sembari menunggu waktu untuk menjemput anak anak kami dari sekolah. Tiba waktunya, akupun harus bergegas menemui klienku disaat yang bersamaan.

Sore itu sudah hampir pukul delapan malam ketika aku kembali dari meeting-meeting yang membosankan dengan klien, aku mendapati anak anaku sedang makan malam bersama di rumah induk bersama YC. Aku menanyakan keberadaan istriku kepada anak anak, dan dijawab bahwa dia sedang mandi di rumah kami. Sembari tersenyum penuh arti YC menyambung, “kak.., mandi di studio saja…”. Aku langsung menangkap maksudnya, khawatir akan kentang lagi aku menanyakan anak-anak, apakah ibu mereka sudah lama di kamar mandi atau baru saja masuk. Dan jawabannya sungguh melegakan karena istriku baru saja kembali ke paviliun kami untuk mandi.

Bergegas aku turun ke studio, perlengkapan mandi sudah tersedia di ruang ganti baju. Aku tau dengan jelas, tidak berapa lama YC mengikutiku. Baru saja aku melepaskan seluruh pakaian dan menyetel air panas di shower, pintu shower dibuka perlahan olehnya. Senyum yang menggoda, bibir yang merekah, mata nakalnya menyapu seluruh tubuhku.

YC: ……

Gw: *senyum-senyum mupeng*

Perlahan YC membuka pakaiannya. Sore ini pakaiannya sudah lengkap karena sebetulnya dia sudah mau pulang ke rumahnya sendiri. Tapi rupanya dia masih menungguku menuntaskan permainan kita yang tertunda pagi itu.

Diplorotkannya short dress floral tersebut. Kemudian secara perlahan bra putihnya dilepaskannya sehingga dua buah payudaranya yang menantang itu bebas. Kemudian dia berbalik badan menggodaku sembari meliuk liukkan bokongnya perlahan berputar putar sembari menurunkan celana dalamnya. Pinggul 34nya benar benar sempurna. Lepas sudah pakaiannya semuanya. Kakinya melangkah masuk kembali ke dalam shower box kecil itu, ditutup paksa pintu kacanya sehingga mau tidak mau batang kemaluanku yang sudah menegang sejak YC melepas bajunya itu kembali menempel ketat di pinggangnya.

Hanya ada suara air tercurah dari shower malam itu ketika YC membelai lembut tubuhku, diusapnya perlahan lahan bahuku, disabuni semua tubuhku sebelum dibilasnya. Sembari membilas, YC mendaratkan bibir mungilnya di dadaku, dihisap hisap sembari digigit gigit kecil putingku hingga membuatku menggelepar. Sementara tangan kanannya mendekap erat bokongku, tangan kirinya tidak mau kalah memainkan kemaluanku. Tanganku sendiri sibuk memegang shower dan menahan pintu shower agar jangan sampai berbunyi akibat tingkah kita berdua.

Aku tidak mau menunggu lama, keran shower kututup. Box shower kubuka, handuk kusambar untuk mengeringkan tubuh kami berdua yang basah. YC yang mengerti maksudnya langsung beringsut ke ruang ganti yang sepi. Di ruang ganti tersebut hanya ada loker dan couch panjang tanpa sandaran terletak di tengah. YC merebahkan tubuhnya di couch, aku segera mengambil posisi. Tangan kanan YC dengan sigap menyambar kemaluanku dan mengarahkannya ke rahimnya. Sedangkan tangan kirinya melingkari leherku. Pelan namun pasti kumasukkan batang kemaluanku yang sudah keras dan basah itu kedalam liang kenikmatan itu. Rahimnya yang sudah basah memudahkan kemaluanku untuk masuk.

YC: ‘puaskan aku kak …..’

Gw: *senyum-senyum*

Pelan tapi pasti kemaluanku bergerak maju mundur maju mundur begitu seterusnya, kemudian berputar putar dan bergerak atas bawah berulang ulang dan kembali lagi. Selama itu YC menggigit bibirnya sembari memejamkan mata pertanda ia sangat menikmati momen tersebut. Tangan kanannya bergerak ke leherku dicengkeramnya,ditariknya tubuhku merapat, menindih tubuh gitar spanyol itu. Dadanya yang bulat itu menempel ketat didadaku. Kocokanku semakin cepat, makin cepat. Berputar, naik turun, maju mundur, berputar lagi, naik turun lagi, dan begitu seterusnya.

YC: ‘ugh….. kaaaakk……enaaakkkkk….uuug… kkkaakkk…uuugghhh...’

Gw: …….
YC: ‘kaaak…. aku mau keluaarrrr….eeeuuggghhh…. kaakk…keluaaarr niihh…'
Gw: ‘enak aja…. jangan dulu ….’
YC: ‘Ga tahaaannn….uuuggghhh…aaggghh…..’

Lubang kenikmatan itu hangat dan basah sekali. Sedangkan batangku masih perkasa.

YC: ‘Kak…, bentar..bentar.. istirahat dulu…'

Kulepaskan kontolku dari memeknya. YC bangkit dari bangku.

YC: ‘Gantian, gue yang diatas’

Aku kemudian duduk di bangku

YC: ‘rebahan kak.’

Gw: ‘ga mau, gw mau nenen’

YC mengangkang, dia duduk di pangkuanku sembari memasukkan kontolku yang keras itu kedalalam memeknya. Memek yang masih basah itu perlahan turun naik turun naik. Makin lama temponya makin cepat. Kedua tangannya di pundakku, Sedangkan kedua tanganku menggenggam erat bokongnya tidak membiarkannya lepas. 

YC bergerak turun naik makin cepat, makin beringas, kedua tangannya memeluk erat kepalaku. Kubenamkan kepalaku diantara kedua bulatan dada itu. Kuhisap hisap kedua putingnya bergantian, hingga YC menggelepar keenakan. Permainan makin cepat, YC bergerak turun naik, berputar putar, maju mundur, menggelinjang tak tentu arah. Kali ini dia menguasai permainan. Perlahan aku bergerak mundur. Kedua tanganku kebelakang menopang tubuh untuk memberikan ruang bagi pinggulku bergerak. Hingga pada satu titik ketika YC sedang bergerak ke atas, pinggulku mengikuti irama naik keatas. Gantian aku yang memberikan kocokan dari bawah.

YC: ‘ aaaahh…..gilaaa… jangaaannn….. aaaagghhh….enaaaakk..kaaak…..’

Gw: …..
YC: ‘Sialaaaaan lo kaaaakk…enaaaak niihh….aaagghh…jaaa’aaatt loo kaakkk….enaak…aaaggghh…..uuggghh…aaggghhh...'

Kocokanku dari bawah melawan iramanya yang turun naik sehingga kami berdua berpacu saling memuaskan satu sama lain. Suatu irama yang luar biasa indah. Momen kebersamaan yang luar biasa antara aku dan YC malam itu. 

Tiba tiba …

YC: ‘stop dulu….stop….aagghh… stop…,bentar…bentarr…eeuugghh… bentar bentar….'

YC melepas batangku dan berbalik. Kali ini posisinya membelakangiku. Sehingga dia duduk di pangkuanku membelakangiku. Dimasukkannya kontol yang sudah basah itu kedalam memeknya yang sudah menganga lebar. Tidak kusia siakan pinggul 34 bulat itu di hadapanku. sembari dia bergerak turun naik tangannya memainkan klitorisnya, kedua tanganku mendekap erat kedua dadanya dari belakang sembari kukocok cepat

YC: ‘aaaaarrggghhh……uuuuggghhhh……aaaagghhhh…..uugggghh h…..

Gw: ‘aaagghh…eeeeuuuggghhh….aaggghh…’
YC: ‘aaaaarrggghhh……uuuuggghhhh……aaaagghhhh…..uugggghh h…..
Gw: ‘aaagghh…eeeeuuuggghhh….aaggghh…’
YC: ‘keluaaaar…kaaakkk….aku dapeeeeet lagiiii….aaaaaaagggghhh……'
Gw: ‘samaaa…gue juga keluarrrr…...eeeuugghhhh…'

Tak terkira banyaknya cairan maniku keluar bersamaan cairan kewanitaannya yang menyembur hingga bangku yang kami duduki basah semua.

YC tersenyum-senyum puas. Begitupun diriku. Berdua kami memasuki box shower itu lagi tanpa suara. Kami saling membersihkan diri kami satu sama lain. Hanya tatapan mata kami berdua yang berbicara betapa momen itu adalah momen paling indah yang pernah kami alami berdua antara kakak dan adik ipar.

Selesai bersih-bersih, YC memakai kembali pakaiannya dan bersiap pulang ke rumahnya. Dikecupnya lembut bibirku sembari berbisik

YC: ‘kak, jangan bilang-bilang yah… rasanya aku jatuh cinta sama kamu kak.’

Gw: ‘hush… jangan begitu’
YC: ‘awas ya kalau ada yg tau. Titit ini hanya milikku dan kakakku’
Sembari dirabanya perlahan kemaluanku.

Kuantar YC hingga pintu depan seiring dengan tatapan matanya yang penuh arti. Sebuah arti dimana dia menginginkanku untuk mengulanginya kembali kapan-kapan
Posted by Fifi Melanie in , | Monday, April 29, 2019 No comments
Jawaranya Cerita Esek-Esek – Perkenalkan namaku Evan, pengalamanku ini terjadi 2 tahun yang lalu, dan gilanya lagi aku lakukan ini dengan tanteku sendiri namaya tante Diva.
Aku dari desa dan pergi merantau ke Jakarta saat umurku tujuh belas tahun, Orang tuaku yang khawatir akan keadaanku kemudian menitipkanku di rumah tante Diva. Tanteku ini masih berumur 29 tahun mempunyai suami yang sibuk dengan bisnisnya yaitu di pertambangan daerah Jakarta.
Karena usaha orang tuaku sedang bangkrut aku tidak dapat meneruskan kuliah, tanteku bilang,”Van, mending kamu kuliah saja biar tante dan om yg biayain!” tp aku menolaknya. Alasanku tidak mau karena tidak ingin  merepotkan mereka dan ingin mencoba bekerja. Padahal sebenarnya aku sangat ingin melanjutkan kuliah.
Aku coba mengirim CV ke beberapa perusahaan di Jakarta, setelah 1 minggu kenudian ada beberapa perusahaan yg mulai memanggilku untuk melakukan interview. Akan tetapi Om ku kemudian melarangku saat aku hendak pergi interview. Katanya, ”kamu tidak usah pergi interview, Om sedang mengurus kerjaan buatmu di kantornya Tante Diva.”
Singkat cerita, kemudian aku bekerja di kantor Tante Diva, Setiap hari aku berangkat kerja naik mobil bersama Tante, maklum lha aku tidak bisa nyetir mobil jadi Tante Diva lha yg nyetir. Dikantornya Tante adalah seorang manager yg sangat dihormati.
Aku sangat suka masturbasi, koleksi film bokepku banyak dari yg indonesia, bule, korea, jepang, china, india sampe arabpun ada.hehehe
setiap 2 hari sekali aku selalu masturbasi sambil nonton video bokep, paling sering dipagi hari ketika bangun tidur ketika kontol aku sedang tegang..hehe sampai akhirnya pada suatu hari Tante Diva memergoki ku yang sedang asyik mengocok kontolku.
Tante masuk kamarku untuk memanggilku sarapan.
“Van sarapan dulu, ehhh kamu lagi asyik yak?!”, ujarnya sambil tersenyum dan kemudian dia menutup pintu kamarku lagi sambil berkata,
“selesain dulu tuch sampe keluar..” aku kaget setengah mati dan sangat malu sekali.. aku lupa untuk mengunci pintu kamar rupanya semalam. Aku sangat heran karena tante tidak memarahiku tapi malah tersenyum dan seharian itu kerjaanku jadi kacau karena masih malu banget sama Tanteku.
Selesai makan malam kemudian aku langsung buru-buru masuk ke kamar. Keesokan harinya aku terbangun ketika spermaku keluar karena aku mimpi basah dan aku merasa kontolku  masih tegang serta berdenyut-denyut..Rasanya pagi itu ingin sekali kembali bermasturbasi lagi.
Kucari hp ku dan kemudian kunyalakan film bokep jepang..kuusap-usap kontolku  yang masih terbungkus CD..sesekali kumasukan tangan kedalam CD untuk mengocok-ngocok kontolku.
Ketika tanganku sedang asyik mengocok tiba-tiba terdengar suara Tante Diva,
” van keluarin aja kontolnya sini biar Tante yang kocokin.
”pintanya manja.. spontan aku tersentak kaget.
“udah kamu gak usah malu sama Tante, Tante juga lagi horny nih karena udara pagi ini dingin banget.” kemudian Tante Diva mulai mendekatiku dan duduk dikasurku sambil tangannya menarik CD ku dan kontolku mencuat keluar karena udah tegang sedari tadi.
“jangan Tante nanti ketauan sama Om…!!”, ujarku..
“Ga pa pa Van, Om sedang tidak ada dirumah koq, Tadi pagi Om sudah berangkat ke Papua untuk urusan kantornya”
Tanpa banyak bicara lagi Tante Diva langsung mengulum kontolku..disedot-sedotnya kepala kontol ku…dijilati dari testis, batang sampai kepala kontolnya…uggghhhh begini yakk rasanya dioral…nikmat banget.

Melihatku merem melek keenakan permainan lidah Tante Diva makin belingsatan..dia sangat nafsu banget mengulum kontolku..dihisapnya dalam-dalam kontolku… aaakkkkhhhh…gila enak banget Tante…ujarku.. tak mau kalah dengan permainan Tante Diva kemudian tanganku mulai berani memegang payudaranya yang berukuran 34b, tidak terlalu besar tapi masih padat berisi dan kenyal.. kuselipkan tanganku masuk ke dalam piyamanya (aku baru tahu rupanya Tante tidak mengenakan braketika tidur) dan meremas-remas serta memilin pentilnya, Tante Diva mulai mendesah kenakan.
Kuusap-usap puting kanannya..tanganku yg 1 lagi membelai rambutnya yg halus dan lembut sebahu panjangnya. kupilin-pilin putingnya yang mulai mengeras dan kuremas dengan lembut… aku semakin bergairah dibuatnya dan kuangkat tubuhnya agar aku bisa mencium bibirnya yg tipis.
Kukulum bibirnya, kuhisap-hisap lidahnya.. eehhmmmm…hmmm..gumam tanteku.. tanganku terus bergerilya kali ini kedua payudaranya bisa kuremas-remas..kujepit kedua putingnya dan kugesek-gesek dengan ujung jariku.. aaahhhh…desahnya menggoda…terus Vannn…enak banget, katanya…kuciumi lehernya telinganya terus turun ke payudaranya… aku hisap kuat putingnya.
Sssssllllluuuurrrrppppp….ssssshhhhh….begitu terdengar suara hisapanku.. aaaaakkkkhhhhhhh….nikmat banget vaaannnn….kamu hebat banget!! lenguhnya..sambil matanya terpejam menikmati jilatanku…tangan kiriku kuselipkan masuk CD tante diva,kucari itilnya, rupanya Tante Diva sudah sangat terangsang.
Memeknya basah banget.. foreplay kamu hebat…terusin Van, puasin Tante hari ini..ujarnya manja.. tanpa ragu kupijit-pijit lembut itilnya yg mungil..kutekan ke bawah dan ke atas..Tante Diva semakin belingsatan jadinya. tubuhnya semakin mengeliat.
Jariku kumainkan disekeliling itilnya..sesekali kumasukan jari tengahku keliang memeknya yg udah basah banget…kulepasin semua piyama tante diva dan CD nya hingga telanjang bulat, kubuka kakinya lebar-lebar lalu kujilatin memeknya.
Itilnya kutekan dengan lidahku..kulumat tanganku membelai jembutnya yg tipis dan lurus… vvvaaaannnnnn…jangan siksa Tante lagi cepet masukin kontol kamu, Tante udah gak tahan..!! pintanya dengan mata terpejam dan kedua tangannya menekan kepalaku kememeknya.
Tanpa bicara lagi kujulurkan lidahku masuk lubang memeknya..kutekan dalam-dalam sampe hidungku mentok di itilnya..kuputar-putar lidahku didalem memek tante diva yg sangat basah.
haaahhhh…aaaaahhhhh…tubuh Tante Diva mengelinjang gak karuan…vannn Tante mau keluar… aaaaaaaaaahhhhhhh…….Tante Diva melenguh dan badannya menegang.
Tubuhnya menegang dan kemudian ssseeerrrr.. cairan hangat memeknya tumpah dalam mulutku..tante orgasme…. kujilat habis cairan memeknya dan kuminum… kupeluk tubuh tante diva sambil kubelai-belai rambutnya, kutunggu sampai nafasnya teratur kembali.
Van gila yah kamu bisa bikin Tante orgasme cuma dengan foreplay?!! ucapnya..dan aku hanya tesenyum. kukecup keningnya..tanganku membelai pantatnya yg kenyal..sekarang telinganya aku kulum..hhmmm.. kubisikan,
”sekarang akan kumasukan kontolku..” dia membalas ciumanku dengan ciuman penuh nasfu dileherku.
Kujilat dan kuciumi lehernya..sambil kugesek-gesekan bulu dadaku dikedua payudaranya.. aaaahhhh desahnya.
Kuselipkan jari tengahku dalam memeknya, kukocok-kocok, sesekali kumentokin dan kugesek-gesek bagian atas memeknya..kukenyot putingnya.
Tangan Tante ga mau kalah dia memegang kontolku yg tegang banget..sambil dikocok-kocok kontolku… aaaahhh…aaaakkkhhhh…ku jadi makin horny….jariku mulai basah lagi oleh cairan memek tante diva.
Kumasukan jari manisku, kubuat gesekan memutar dlm memeknya..
hhhhhhhhhhmmmmm….aaahhhhh…Tante Diva mengerang kemudian menggigit pundakku,,,,vannn ayooo cepet masukin kontol kamu…Tante udah gak tahan nih, memek Tante pengen digenjot sama kontol kamu…pintanya.. kuangkat tubuh tante diva yg mungil.
Karena aku lumayan gede badannya jadi dengan entengnya ku angkat tubuh Tante Diva,,,kugendong Tante Diva dan kupinta ML nya pake “monkey style” kusuruh dia melingkarkan tanganya dileherku dan kakinya menjepit pinggangku.
Aku tekan kontolku masuk pelan-pelan dalam memek Tante Diva…oooohhhhh dengan mudah kontolku masuk lubang memek tante diva karena memeknya udah basah lagi…perjakaku ilang….
Kutekan makin dalam sampe mentok… lalu pantatku mulai kugoyang maju mundur…sambil kupegang pantatnya untuk mengimbangi kocokan kontolku.. mulutku gak bisa biarkan puting Tante Diva menganggur,sambil goyang aq sedot kedua puting Tante Diva bergantian.
Terkadang aku gigit pelan putingnya.
vaannn yg kenceng lagi goyangnya, teriak Tante Diva….aaaaahhhh…ooohhhh enak banget Van posisi kaya gini
Kontol kamu mentok sekaligus neken-neken itil Tante…enaknya double, 
tante Diva mulai meracau. kugoyang tubuh Tante Diva lebih keras dan lebih cepat lagi kocokan kontolku… dannn…..kurasakan kenikmatan yg tiada taranya.
Tubuhku mulai mengejang….rasanya sebentar lagi mau keluar spermaku…mulut Tante Diva meracau gak karuan…melenguh… mendesah,
Dan sesaat kemudian kurasakan jepitan memek Tante Diva makin kuat mencengkeram kontolku membuatku semakin tidak dapat menahan birahi ini.
Sumpah nikmat banget,,,,,,hhhhhhhhhhhhaaaaaa,,,,,aaaaaahhhhhhhhhh aku gak tahan banget Tante…. mau muncrat nih,,,
Cabut aja Tante…..ucapku…tapi Tante Diva tak menhiraukan ucapanku…dia terus saja menggenjot kontolku….dan oooooooooooohhhhhhhhhhhh…
Spermaku muncrat keluar…sesaat kemudian Tante pun mengejang kembali dan kakinya makin erat menjepit pinggangku dia mendesah dengan keras…
Aaaaaaaaaahhhhh….aaaaakkkkkhhhhhh….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh…
Cairan memeknya mengalir membasahi pahaku… kita berdua rebah dikasur dengan posisi kontolku masih menancap di memeknya..kubiarkan Tante Diva tiduran diatas tubuhku..matanya masih terpejam menikmati orgasmenya.
Memeknya pun masih berdenyut-denyut…..kupeluk erat tubuhnya… Van makasih banget udah puasin Tante…capek banget Van, kita tiduran dulu sejam dua jam yah, kata Tante Diva..
Tapi tante kita sudah terlambat masuk kerja?!! ga pa pa Van tenang aja kamu ga usah takut nanti Tante yang bilang dengan HRDnya kalo kamu Tante kasih tugas jadi kamu tidak akan kena sanksi.. Pagi itu sangat tidak terlupakan…dan itu semua menjadi awal mula kisah seksku.. kalau suami Tante Diva sedang tidak ada, aku sering diminta untuk memuaskan hasrat menggebunya Tanteku.
Posted by Fifi Melanie in | Sunday, April 28, 2019 No comments

Jawaranya Cerita Esek-Esek - Saya seorang pria berumur 40 tahun. Istri saya satu tahun lebih muda dari saya. Secara keseluruhan kami keluarga berbahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD (Doni). 
Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi, sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distrik Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya. Tapi tidak untuk soal seks.
Saya seorang peselingkuh, ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan. Dia pernah bilang kepada saya, “Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan.” Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama-sama. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya.
Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu menguras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor. Dia berangkat ke kantor pukul 07.30 dan pulang lepas Maghrib. Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20.00 dia sudah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani. Tentu saja tanpa sepengetahuan istriku, karena malu kalau ketahuan.
Selama perkawinan kami sudah tak terhitung berapa kali saya berselingkuh. Kalau istri saya tahu, saya tak bisa membayangkan akan seperti apa neraka yang diciptakannya. Bukan apa-apa. Perempuan-perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia. Saya menyimpan rapat rahasia itu. Sampai kini. Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama. Saya tak mau mengulanginya. Saya khawatir, pengulangan bakal melibatkan perasaan. Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik. Bukan hati dan perasaan. Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin, dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan. Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan.
Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Semuanya perempuan. Istri saya sebut saja bernama Yeni. Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya  berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi.
Mbak Maya, kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah   orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya, “Kenapa Mas Wid tidak diajak?” “Ahh malas saya ngajak dia,” jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh.
Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Maya, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan.
Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya. Tapi mustahil. Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya pergi ke luar kota. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu.
“Kopinya Dik Andy.” Saya terkejut, dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang?
Pikiran itu terus mengusik saya. Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU, sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya. Untung saat itu kami tidak sedang bugil. Tapi dia sendiri yang malu, dan berhari-hari meledek kami.
Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Maya masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah datang. Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya. Ini memang sudah biasa. Buru-buru saya tutupkan CD saya. Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat.
“Woww, indahnya.” Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu. “Mau kemana?” tanya saya. “Nggak. Pengin makai lipstik aja.” Saya meneruskan membaca. “Coli ya Mas?” katanya. Gadis ini memang manja, dan sangat terbuka dengan saya. Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya, kemanjaannya bahkan luar biasa. Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya. Tentu saya tak punya pikiran apa-apa. Dia kan masih kecil waktu itu. Tapi sekarang. Ahh. Tiba-tiba saya memperhatikannya. Dia sudah dewasa. Sudah seksi. Teteknya 34. Pinggang ramping, kulit bersih. Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya.
Pikiran saya mulai kotor. Menurut saya, akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya. Rosi lebih terbuka, lebih manja. Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit, bukan hal yang sulit. Dulu saya sering mengecup pipinya. Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa, saya tak lagi melakukannya. Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi. Saya mencoba melupakan Mbak Maya.
Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur, dan kembali memasang jebakan untuk Rosi. Saya berbulat hati untuk memancing dia. Ini hari terakhir istri saya ke luar kota. Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya. Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah.
Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. Mungkin si Rosi langsung kabur. Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan.
Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Maya di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar.
Malamnya, di meja makan kami makan bersama-sama. Saya, kedua mertua, Mbak Maya, Rosi dan kakak Rosi, Mayang. Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Maya pun demikian.
Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami.
“Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?” Mbak Maya membuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. “Maksud Mbak Maya apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu. “Tadi Mbak Maya lihat Dik Andy sedang asik onani di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat.
Kalau sedang gitu lebih baik  dikunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu yang lihat gimana?” “Apaan sih?” saya tetap pura-pura tidak mengerti. “Tadi onani kan?” “Ohh.” Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Maya. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. “Yahh, Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi..” “Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu.”
“Ahh Mbak Maya ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan.” “Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?” “Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa.” Kami sama-sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras.
“Kamu sering swalayan gitu?” “Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok malah ngomongin gituan?” Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. “Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan.” Mbak Maya memegang punggung tangan saya. “Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Tapi tidak dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia.” Kali ini saya bicara jujur. “Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok.” “Kasihan kamu.”
Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Maya seperti kaget, dan buru-buru menariknya. “Kapan kalian terakhir kumpul?” “Dua atau tiga minggu lalu,” jawab saya. Bohong besar. Mbak Maya mendesis kaget. “Ya ampuun.” “Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan.” Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai  bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya. Tapi Mbak Maya menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa-apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. “Saya horny kalau Mbak pegang terus.” Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. “Kaciaann ipar Mbak satu ini.” Mbak Maya berlalu, menuju ruang keluarga. “Liat TV aja yuk,” ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, “Saya juga nih, Dik.” Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua sedang berkumpul kecuali Rosi.  Hanya sebentar kemudian saya tinggal masuk ke kamar.
Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Maya. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. “Belum bobo?” tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. “Belum.” Jawab saya. “Kita ngobrol di luar yuk?” “Di sini saja Mbak.” Saya seperti mendapat inspirasi. “Ihh. Di teras aja. Udah ngantuk belum?” Mbak Maya segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek.
Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua saudaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun.
Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. “Dik Andy” Mbak Maya membuka percakapan. “Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak.” Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Maya menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. “Maksud Mbak apa sih?” “Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih.” Mbak Maya mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan-lahan penis saya bergerak. “Kok bisa?” “Nggak tahu tuh. Mas Wid itu loyo abis.” “Impoten?” Saya agak kaget. “Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin,” “Hihihi.. Tadi kok kasih nasihat ke saya?” Saya tersenyum kecil. Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Maya. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya..
“Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?” Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba menghindar, tapi tak jadi. “Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja.” “Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wid?” Saya mencium punggung tangan Mbak Maya. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. “Dua minggu lalu.” “Heh?” Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. “Bener.” Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. “Mbak..” Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur.
“Hm,” Mbak Maya menatap mata saya. “Mbak pengen?” Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. “Di kamar aja yuk Mbak?” ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya.  Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya.
Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya baru tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya. Sebelum itu tak terbesit pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wid.
Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur.
Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa-biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun.
Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mbak Maya pun mulai jarang menginap di rumah.
Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Maya. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga? Kehidupan terus berjalan. Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat. Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan penuh tanggung jawab. Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa. Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi. Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya. “Kacian adik iparku ini..” Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka “jajan”. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.
Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi, bergantian. Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit. Meskipun masih bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri saya sendiri hanya 32.
Seringkali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya dengannya berjauhan. Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosi, baru kamar saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang. Ya, kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman. Karena mertua butuh gudang tambahan, maka dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi.
Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip. Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng. Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut.
Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya. Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya. Tetapi selalu tak saya temukan jalan. Sampai akhirnya malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa-apa. Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi. Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi saya menolak. “Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik motor?” Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi.
Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya. Jantung saya berdesir-desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya. “Mas Andy genit,” katanya. Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya. “Kalau mau gini, bilang aja terus terang,” katanya. “Iya iya mau,” sahut saya. Tidak ada tanggapan. Rosi bahkan menggeser duduknya, merenggang. Sialan.
Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top, dibalut jaket kulit. Benar-benar seksi ipar saya ini. Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi. Ada sekitar 15-an orang. Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya. Saya memilih duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, menikmati tubuh-tubuh indah para ABG. Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Maya, baru Yeni, istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu.
Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai. Saya tersenyum mengangguk. Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya. “Mas Andy udah pesan minum?” tanyanya. Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya. Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan pecandu. “Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen-temen kamu,” kata saya. Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut. “Nggak enak liat Mas Andy nongkrong sendirian,” kata Rosi duduk di sebelah saya. “Sudah nggak papa.” “Bener?” Saya mengangguk, dan Rosi kembali ke grupnya. Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya. Saya memberontak. “Ayo. Nggak apa-apa, sekalian saya kenalin ama temen-temen. Mereka juga yang minta kok.” Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang-goyang. Asal goyang. Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya. Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya. Musik benar-benar hingar-bingar. Lampu berkelap-kelip, dan kaki-kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosi menuju meja untuk minum.
Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosi pulang. Saya segera mengajak Rosi pulang juga. “Bentar dong Mas Andy, please,” kata Rosi. Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya. “Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang.” Segera saya gelandang dia. “Yee Mas Andy gitu deh.” Dia merajuk tapi saya tak peduli. Ruangan ini mulai menjemukan saya. “Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.” “Satpam-mu itu.” Saya menjitak lembut kepala Rosi. Rosi memang minum alkohol. Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada senangnya juga sih. Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn.
Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya. “Hayoo, nakal lagi,” katanya. “Hus. Nggak sengaja juga.” “Sengaja nggak pa-pa kok Mas.” Omongan Rosi makin ngaco. Dia tarik ke bawah resluitingnya. Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, “Masih gerah. Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh.” Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan diskotik SO.
Sungguh menyenangkan. Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya. Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya. Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya perlambat laju motor. Benar-benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya. Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya. Saya kira dia benar-benar mabuk.
“Mas Andy, Rosi pengin pacaran dulu,” katanya mengejutkan saya. “Pacaran sama Mas Andy? Gila kamu ya.” Penis saya makin kencang. “Mau enggak?” “Kamu mabuk ya?” Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah erat. “Mas..” “Hmm” “Mas masih suka coli?” “Hus. Napa sih?” “Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?” “Tahu apa kamu ini.” Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan. “Sorry. Gitu aja marah.” Rosi kembali mencium pipi saya. Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di bawah telinga. “Saya horny Ros.” “Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa-apain”
Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya. “Pacaran ama Rosi mau nggak?” kata Rosi. Aroma alkohol benar-benar menyengat. “Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman.” “Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah.” “Sok tahu.” “Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik lagi. Bentar aja.” Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang senang berpacaran. Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat berpacaran. Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya. Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.
“Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros?” tanya saya. “Enak aja belum punya pacar.” Dia protes. “Habis siapa pacar kamu?” Saya genggam tangannya. Dia mengelus-elus dada saya. “Yaa ini.” Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya. Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya. Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok? “Kamu belum pernah melakukan ya?” kata saya. Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum. Tangan saya kini menjalar mencari  payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya. Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang. Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan. Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan. Saya usap-usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas, saya kili-kili. Dia mengaduh. Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.
“Mas Andy..” “Hmm” “Please.. Please.” Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu. Dia makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya. Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang. Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai bulu-bulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah. Mulut Rosi terus mengaduh-aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar, sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya. Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.
Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya. Meremas kuat-kuat. Tapi dia berhenti sebentar. “Kok basah Mas?” tanyanya. Saya diam saja. “Ehh,ini yang disebut mani ya?” Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih. Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui. “Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya? “Heeh,” jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya. “Asin juga ya?” Dia mengocok penis saya dengan tangannya. “Pelan-pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh,” kata saya.
Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya. Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya benahi pakaian saya. Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu. “Makasih pelajarannya ya Mas.” Dia mengecup pipi saya. “Tapi kamu janji jaga rahasia kan?” Saya ingin memastikan. “Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?” “Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.” Dia mengangguk. Kami bersiap-siap pulang. Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.
“Ros..” “Yaa” “Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan? Everyting just for sex kan?” “Tahu deh.” “Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi kita sedang mabuk.” Saya menghentikan motor. “Iya deh.” “Bener ya? Ingat, Mas Andy ini suami Mbak Yeni.” Dia mengangguk mengerti. “Makasih Ros.” Saya kembali menjalankan motor. “Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi,” kata saya. Saya benar-benar takut sekarang. Saya sadari, Rosi masih kanak-kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan. Menangis. Untunglah dia menepati janji. Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi. Saya benar-benar takut akibatnya. Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga saya.
Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan. Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni. Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya.

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter